Kamis, 25 Maret 2010

Berlatih Menjadi Jenius


img
Ilustrasi (Foto: timesonline)
Jakarta, Kemampuan matematika, musik atau cara berbicara dianggap sebagai bakat bawaan atau biologis dalam gen manusia. Tapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena bakat bisa diperoleh dengan latihan.

David Shenk, seorang penulis Amerika di bidang genetika, meminta orang untuk berpikir lagi jika mengatakan bakat atau kejeniusan seseorang berasal sepenuhnya dari gen alias keturunan.

Menurutnya, kecenderungan untuk mengatakan kemampuan tersebut adalah genetik (predisposisi) telah sangat dilebih-lebihkan. Pandangan ini menyebabkan terabaikannya potensi yang dimiliki dalam diri seseorang.

"Ada kesalahpahaman yang mendalam tentang sebuah prestasi besar. Gen tidak membatasi kita untuk biasa-biasa saja atau lebih buruk dari itu," kata David Shenk, seperti dilansir dari Timesonline, Kamis (25/3/2010).

Dalam buku barunya The Genius in All of Us, yang menggambarkan perbandingan dengan karya sosiolog pop Kanada Malcolm Gladwell, Shenk menggambarkan bahwa DNA manusia terbuka untuk terus-menerus dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.

Alam dan pemeliharaannya secara konstan berinteraksi, sama halnya dengan gen yang dapat diaktifkan atau dinon-aktifkan atau diungkapkan ke derajat yang berbeda-beda, tergantung pada lingkungannya.

Bidang epigenetika semakin menunjukkan bahwa pengalaman lingkungan selama hidup meninggalkan jejak pada gen, yang diwariskan kepada anak-anak. Shenk berpandangan pengaruh lingkungan dapat melebihi apa yang mungkin dianggap sebagai keterbatasan manusia.

Sebagai contoh kemampuan bermusik. Banyak pemusik yang mengatakan bahwa dia terlahir tanpa bakat musik atau ada yang mangatakan dia terlahir untuk bermusik. Faktanya adalah tidak ada seseorang yang terlahir dengan bakat bawaan. Setiap orang terlahir dengan potensi nada bermusik.

Hal ini bisa dilihat dalam jumlah keseluruhan kasus (prevalensi) yang jauh lebih tinggi seperti China negara yang berbahasa dengan nada yang sempurna. Orang China berkomunikasi sehari-hari dengan nada yang sempurna, sehingga menjadi lebih baik dalam hal itu.

Memiliki keunggulan genetik dalam bidang olahraga tertentu juga dipertanyakan. Keberhasilan pelari maraton Kenya misalnya bukan berasal dari gen melainkan budaya yang telah mendarah daging. Banyak anak-anak Kenya berlari 8 hingga 10 km per hari sejak usia 7 tahun.

Bahkan ciri-ciri kepribadian seperti keuletan atau ketekunan untuk mempengaruhi keberhasilan dalam setiap bidang kehidupan dapat dilatih.

Persepsi pembatasan diri adalah salah satu hambatan terbesar untuk prestasi besar atau jenius. Dalam sebuah percobaan, anak-anak diberi diberi pilihan untuk menerima satu marshmallow dengan segera atau menunggu 15 menit untuk mendapatkan dua buah marshmallow.

Sepertiga dari anak-anak segera memilih satu marshmallow (manisan), sepertiga lainnya menunggu beberapa menit, tetapi menyerah karena tergoda, sedangkan sepertiga terakhir sabar menunggu untuk menerima dua marshmallow.

Pesan yang diperoleh dari hal ini adalah anak yang secara alami lebih disiplin dan ditakdirkan untuk berbuat lebih baik. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa anak-anak dapat diajarkan manfaat menunda kepuasan. Shenk mengatakan bahwa semua orang tua bisa belajar dari ini.

"Ada logika melingkar tentang bakat. Ketika Anda melihat seseorang yang hebat, misalnya David Beckham sebagai pemain sepak bola, mereka begitu jauh dari apa yang Anda mampu, kemudian Anda akan berasumsi bahwa Anda tidak bisa sampai di sana," kata Shenk.

Shenk mengakui bahwa judul bukunya dimaksudkan untuk menjadi provokatif, tetapi ia mengatakan, "Saya tidak mengatakan bahwa siapa pun bisa apa saja, tapi tidak ada yang dapat menjadi besar dalam segala hal kecuali jika mereka memiliki keyakinan mendasar tentang kemungkinan".

Bagaimana mengubah anak menjadi jenius?

1. Percaya
Mulailah dengan sebuah keyakinan yang sederhana bahwa setiap anak memiliki potensi besar dan terserah kepada orang tua untuk mengumpulkan sumber daya tersebut untuk dieksploitasi.

2. Model pengendalian diri
Berperilakulah sebagai contoh agar anak juga berperilaku seperti yang kita inginkan. Tidak membeli, makan atau mengambil apapun yang kita inginkan, kapanpun kita inginkan. Semakin kita menunjukkan pengendalian diri, semakin anak akan menyerap.

3. Berlatih
Jangan segera menanggapi setiap permohonan anak. Biarkan anak belajar berurusan dengan frustasi dan keinginan. Biarkan mereka belajar bagaimana menenangkan diri dan menemukan bahwa segalanya akan baik-baik jika mereka menunggu apa yang mereka inginkan.

Bagaimana mengubah diri menjadi jenius?

1. Mengidentifikasi keterbatasan dan kemudian mengabaikannya
Jarak antara kemampuan yang dimiliki dan kemampuan yang diinginkan begitu besar sehingga tujuan yang muncul tidak tercapai. Kebesaran tidak hanya satu langkah yang biasa-biasa saja, melainkan melampaui yang biasa-biasa saja dengan satu langkah.

2. Menunda kepuasan
Dalam budaya konsumen, kita senantiasa dikondisikan untuk memenuhi keinginan dengan segera. Prestasi besar melampau keinginan itu.

3. Punya sosok pahlawan
Pahlawan menginspirasi, bukan hanya karena karya besarnya tetapi awal sederhana yang mereka miliki. Einstein pernah bekerja sebagai petugas memberi hak paten atau Thomas Edison dikeluarkan dari sekolah di kelas pertama, pada usia 6 atau 7 tahun karena guru menganggapnya terbelakang.
Sumber : http://health.detik.com/read/2010/03/25/174536/1325531/766/berlatih-menjadi-jenius?993306755

TIPS SEHAT TURUNKAN BERAT BADAN

 
Saya mau berbagi pengalaman mengenai cara turunkan berat badan ini. Cara ini sudah saya jalani da terbukti memberi hasil yang sangat memuaskan. Saya turun 9kg dalam 2 bulan.

Tips diet menurunkan berat badan yang udah saya jalani adalah :


**Pada saat sarapan kalau bisa pilih menu makanan yang tinggi seratnya ditambah minuman jus jeruk (tanpa gula). Kalau suka minum teh, mendingan minum teh hijau setiap hari dimana dapat membantu membakar sekitar 70 kalori lebih dalam sehari
Kalau suka minum susu, sebaiknya jangan pilih yang fullcream. Silahkan konsumsi minuman susu yang rendah lemak.

**Perbanyak minum air putih minimal 3 liter/hari atau 1 gelas tiap 1 jam. Banyak orang tidak bisa membedakan rasa lapar dan haus. Saat mengira merasa lapar (padahal, sebenarnya haus), Anda akan mengkonsumsi makanan (yang sebetulnya tidak perlu Anda konsumsi) lalu, bagaimana cara membedakannya? Minum segelas air dan tunggu hingga 10 menit untuk mengetahui apakah Anda masih lapar. Jika ya, berarti Anda memang lapar.

**Makan dengan cara perlahan. Mengapa orang Amerika lebih rentan terkena obesitas daripada orang Prancis? jawabannya, bukan saja karena porsi makan orang Amerika lebih banyak, tetapi juga karena orang Prancis sangat menikmati makanan mereka dalam setiap kunyahan, sehingga cenderung makan secara perlahan. Hal ini menyebabkan perut akan lebih cepat terasa kenyang yang pada akhirnya turut membantu menekan selera dan porsi makan. Bagi Anda yang belum terbiasa, coba trik ini: letakkan sendok atau garpu saat Anda sedang mengunyah, minum air mineral setiap selesai mengunyah, dan kunyah makanan beberapa kali sebelum menelannya.

**Batasi karbohidrat dan perbanyak protein. Makan yang mengandung karbo cukup 1x saja di siang hari, lengkap dengan protein (ikan gading telur) dan sayuran. Makanan tinggi protein sangat baik untuk untuk mengontrol bobot tubuh. Ini karena protein membuat Anda kenyang lebih lama. Jika Anda ingin mengkonsumsi karbohidrat, hindari yang sederhana, karena lebih cenderung disimpan sebagai lemak ketimbang digunakan sebagai energi. 

Sumber : http://forum.detik.com/showthread.php?t=167024

Kamis, 04 Maret 2010

Efek Fisioterapi Wudhu

Setiap perintah Allah SWT tentu memiliki hikmah kebaikan dibaliknya. Bayangkan bahwa wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis & fisiologis.

5 panca indera…kok kena semua tanpa terkecuali ya? disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & seluruh kulit tubuh. Ini betul-betul luar biasa.

Ahli syaraf/ neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.

Agan tentu pernah mendengar akupunktur kan? Coba cari tahu dimana saja letak titik-titik sensitif yang sering digunakan dalam ilmu akupunktur? Lalu kemudian amati pola wudhu. InsyaAllah anda akan segera menemukan benang merah diantara keduanya.

Coba bayangin…

Pada anggota badan yang terkena perlakuan wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan kayfiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad yang lalu.

Setelah dihitung-hitung…ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu!!

Anggota Wudhu(rukun dan sunat) JumlahTitik Akupunktur
Wajah 84
Tangan 95
Kepala 64
Telinga 125
Kaki 125
Jumlah 493

Subhanallah!! Bayangkan jika kita melakukan itu setiap hari paling sedikit 5 kali sehari…

Ternyata kita harus semakin teliti saat menjalani wudhu. Mengapa? Coba ingat-ingat saat kita membasuh telapak kaki & tangan…apakah sela-sela jari sering kita abaikan? Ternyata ada fakta menarik yang tidak boleh luput :

Satu diantaranya adalah ketika melakukan takhlil, diantara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur. Berdasarkan riset fakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna membangun homeostasis. Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak, dan jari jemari kaku.

Lain lagi tentang telinga…ternyata ada 30 hadist yang mendukung ini. BTW, saya pernah coba sebuah produk akupunktur yang menggunakan tenaga listrik. Lucu juga, karena alat ini disimpan di daun telinga. Dan ketika dialiri listrik rasanya seperti telinga ditusuk-tusuk. Saya semakin paham bahwa daun telinga, selain sebagai aksesoris, ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf.

Makanya, saat menyapu telinga itu jangan cuma membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.
. .

Nah, gimana gan? masih mau nyoba terpi ditusuk-tusuk jarum? ato milih pake wudhu?? 

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3317170

Memperbaiki Sistem Pendidikan di Indonesia (Catatan Seorang Siswa)


Jakarta - Sejak kelas 1 Sekolah Dasar saya sudah "dinobatkan" oleh guru kelas saya sebagai murid teladan, siswa terpintar, dan titel-titel membanggakan lain. Teman-teman saya pun semua mengiyakan gelar-gelar tersebut karena pada dasarnya saya anak pendiam yang tidak pernah menjahili dan mengganggu anak lain. Mereka dengan senang hati mengamini gelar-gelar itu.

Hal ini terus berlanjut hingga saya di sekolah menengah pertama. Semua siswa baik secara langsung maupun tidak langsung mengenali saya sebagai "si pintar". Bahkan, anggapan itu pula yang membawa saya menjabat sebagai ketua kelas selama SMP dan Ketua Osis SMP Negeri 1 Gorontalo selama lebih dari satu tahun. Padahal jika diingat-ingat lagi saya sama sekali tidak punya jiwa kepemimpinan pada waktu itu.

Malahan saya adalah anak yang sangat mudah gugup ketika tampil di depan kelas. Terlebih lagi di depan seluruh sekolah.

Saya tidak pernah menyesal dengan semua yang telah saya alami. Bahkan, sangat berterima kasih dengan semua itu. Secara langsung predikat-predikat dan jabatan-jabatan itu yang membentuk kemampuan dan kepribadian saya.

Dari anak yang mudah gugup, pasif, pemalu, saya menjadi relatif lebih berani, percaya diri, dan lebih aktif. Saya menyadari bukan pribadi saya yang pantas dengan predikat-predikat dan jabatan-jabatan itu. Tapi, semua itulah yang membantu saya membentuk pribadi saya.

Apa yang ingin saya tekankan adalah ini: saya digelari "si pintar" sejak awal sekolah. Saya selalu menjadi peringkat 1 umum di SD dan SMP, dan 3 besar di SMU. Saya dipercaya mampu sebagai pemimpin. Saya memenangkan kampanye pemilihan Ketua Osis SMP.

Dalam tulisan ini saya bukannya ingin membangga-banggakan apa yang telah saya alami. Tapi, saya ingin menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi dan mengaitkan dengan sistem pendidikan di Indonesia yang memungkinkan hal-hal seperti ini sering sekali terjadi.

Dari buku-buku yang saya baca (saya tidak menyebutkan sumber bukan karena tidak menghormati tapi ingin ini berasal dari pemahaman bukan hapalan), kesalahan adalah bagian dari pembelajaran. Bukan sesuatu yang harus dihukum. Ketika seorang anak melakukan kesalahan, entah itu akademik atau pun perilaku, umumnya pendidik, dalam hal ini gurunya, akan memberikan hukuman.

Hukuman yang saya maksud bukan hukuman secara fisik atau hardikan (meskipun yang saya alami ketika SD adalah hukuman-hukuman ini), tapi lebih pada hukuman yang secara disadari atau tidak menurunkan kepercayaan diri dan ekspektasi anak pada dirinya sendiri.

Contoh pertama: ketika anak melakukan kesalahan perilaku dia akan dikategorikan "anak nakal". Pendidik tidak membantu anak ini menemukan kebaikan yang pastinya ada pada setiap anak. Tapi, entah secara langsung atau tidak langsung membuat si anak percaya bahwa dia anak nakal, bahwa dia bermasalah, bahwa itu memang sudah sifatnya.

Dan, percaya atau tidak, penilaian-penilaian ini akan tertanam erat di benak si anak dan akan terus dibawa hingga Ia dewasa. Nilai-nilai ini yang dia pratekkan. "Saya anak nakal. Wajar kalau saya melakukan buruk".

Berbeda dengan anak yang dikategorikan pintar dan baik. Dia akan terus menjaga sikapnya karena tertanam padanya "saya anak baik dan pintar, jadi saya tidak boleh melakukan buruk dan harus terus mengoptimalkan kemampuan saya".

Contoh kedua: dalam proses belajar ketika anak tidak bisa menjawab soal dengan benar dia akan diberikan nilai rendah yang akan mempengaruhi nilai akhir semesternya. Meskipun di akhir semester anak ini telah memiliki kemampuan yang cukup untuk dinilai baik.

Namun, karena "sejarah" dia pernah mendapat nilai rendah (karena melakukan kesalahan), nilai akhirnya akan mencerminkan kemampuan yang lebih rendah dari yang sebenarnya telah dia miliki (karena proses pemberian nilai akhir memperhitungkan nilai tugas-tugas, UTS, dan penilaian lain selama proses belajar).

Nilai akhir inilah yang akan menjadi patokan bagi lingkungan dan dirinya sendiri. Sehingga, anak akan menurunkan kepercayaan diri dan ekspektasi akan kemampuannya.

Poin yang ingin saya utarakan sebagai kelemahan sistem pendidikan di Indonesia: setiap anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda. Jadi, sebaiknya janganlah mengkategorikan mereka dalam kelompok-kelompok dengan gelar "si pintar", "si nakal", "si bodoh", "si rajin", "si kreatif", dan lain-lain. Ada anak-anak yang cepat memahami pelajaran atau apa yang diajarkan bukan berarti merekalah golongan anak-anak pintar dan yang lainnya bodoh.

Hal ini mungkin terjadi karena secara biologis di awal-awal umur manusia adalah masa-masa di mana kecepatan pertumbuhan dan perkembangan begitu tinggi. Berbeda umur beberapa bulan saja ukuran dan kemampuan otak anak-anak akan berbeda (hal ini telah dibuktikan oleh penelitian para ahli psikologi).

Ini berarti anak-anak yang lebih muda, meski pada awalnya mungkin terlihat "bodoh", bukan berarti tidak dapat mencapai pemahaman yang telah diperoleh oleh anak-anak yang lebih tua. Mereka hanya "belum menunjukkan taringnya".

Ketika mereka melakukan kesalahan jangan dihukum. Itu adalah proses pembelajaran alami manusia. Belajar dari kesalahan. Seperti kita belajar mengendarai sepeda. Pada awalnya kita akan kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Tapi, dari terjatuh itulah kita belajar bagaimana supaya tidak jatuh lagi. Sama dengan proses belajar anak.

Yang aneh justru jika kita menghukum mereka karena melakukan kesalahan. Karena itu seharusnya setiap anak diberikan kesempatan berkembang sesuai usia dan proses individunya tanpa mengalami pengelompokkan dengan penilaian-penilaian dari gurunya. Biarkan mereka berkembang. Biarkan mereka melakukan kesalahan. Bantu mereka mencapai kemampuan optimal baik secara akademik, psikis, dan kreatifitas.

Tumbuhkan rasa kepercayaan diri mereka. Karena, dengan mematikan kepercayaan diri itu sama saja dengan membunuh kemampuan yang mungkin akan dimilikinya. Dengan membunuh kemampuan anak berarti menurunkan sumber daya manusia Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas.

Siti Farah Rahmawati
Jl Cisitu Lama Gang 1 No 7 Bandung
ayha_zwit@yahoo.com
085222528868





Sumber : http://suarapembaca.detik.com/read/2010/03/04/082753/1310807/471/memperbaiki-sistem-pendidikan-di-indonesia--catatan-seorang-siswa-#882205470